Voila, Tembus Target! -Tentang impian yang akhirnya menjadi kenyataan

Bukan, ini bukan cerita tentang target penjualan karena gua bukan marketing. hehehe

Jadi ceritanya, sejak gua memutuskan untuk benar-benar mundur dari media mainstream, lantaran muak terlibat dalam politik media yang semakin menjijikan.

Gua memutuskan untuk serius mewujudkan impian membangun sebuah jaringan media Islam yang bisa melakukan pembelaan terhadap persoalan umat dan yang terpenting, bisa berdiri di atas semua golongan. Tidak sektarian.Baca selebihnya »

Returns!

Bum! Tiba-tiba terjadi ledakan di dalam kepala, otak yang selama ini sesak dengan berbagai perkara meminta penyaluran, mendesak perkara yang remeh-temeh di dalamnya dikeluarkan, agar banyak tersisa ruang lapang untuk hal yang memang fundamental.

Maka jadilah postingan ini, sebuah usaha untuk tamasya intelektual, setelah dua tahun kurang lebih tak pernah saya lakukan.Baca selebihnya »

Waktu atau Kita yang Cepat Berlalu?

Waktu cepat sekali berlalu ya,  rasanya baru saja kemarin dimarahi ibu karena pulang dengan baju “belok”, lantaran usai sekolah tak langsung ke rumah, tapi mampir dulu ke gusuran, bermain layangan.

Waktu cepat sekali berlalu ya, rasanya baru tadi sore becek-becekan main bola (atau main hujan?) di lapangan kampung bersama kawan-kawan. Eh ketika terbangun,  ternyata mereka sudah beranak keturunan, bahkan lapangan bolanya pun sudah tak lagi ada, berganti dengan perumahan kelas menengah yang disebut orang “residence”.

Lapangan bola yang berubah jadi "residence"
Lapangan bola yang berubah jadi “residence”

Waktu cepat sekali berlalu ya, rasanya baru tadi siang bolos sekolah untuk pertama kalinya ke tempat dingdong, lalu ngejailin cewek sekolah tetangga, habis itu ribut sama anak cowoknya karena kalah main bola.

Waktu cepat sekali berlalu ya, sepertinya baru aja kemarin demo berapi-api di depan kedubes Amerika zaman SMA, eh gak taunya tadi gw makan malam di restoran fastfood ternama dari negeri angkel Sam itu.

Waktu cepat sekali berlalu ya, kayanya baru minggu lalu nembak cewek kelas sebelah dengan malu-malu, terus beberapa hari setelahnya malah diputusin karena ternyata tau dari kakak kelas kalau pacaran itu gak boleh. Cinta di pendam jadilah kemudian jerawat pertama. hahaha.

Waktu cepat sekali berlalu ya, rasanya baru tadi pagi dipeluk ibu di stasiun Gambir, melepas kepergian anak sulungnya ke Jogja buat kuliah, perjalanan “berkelas”  naek kreta paling mahal dari Jakarta ke Jogja karena sang ayah “kena tipu” anak sulungnya yang bilang: “tiket bisnis sama eksekutifnya abis Yah, pake argo aja ya?”

Kemudian perjalanan waktu semakin terasa cepat, bergantian muncul potongan gambar dari mulai masa ospek kuliah, semester-semester awal jadi mahasiswa dengan segudang idealismenya, ngerasa jadi manusia paling hebat yang bisa ngerubah dunia dengan film dan kata-kata. Semester pertengahan juga masih foya-foya, pulang pagi, sok sibuk dagang sambil ikutan berbagai organisasi. Tiap weekend habis dengan jalan-jalan dan senang-senang. Teman masih banyak, musuh juga segudang. Rasanya berani ngajakin berantem seisi dunia. hahaha

Semester mulai tinggi, baru mulai sadar kalau teman bersenang-senang mulai berkurang, satu persatu diwisuda. Kemudian kalang-kabut, berhenti dari kerja sampingan, ngurangin frekuensi dagang, fokus sama satu hal: “skripsi”. Demi orang rumah yang selalu bertanya: “kapan lulusnya?” *jleb.

Lalu tiba-tiba udah ada di gedung multipurpose aja, pake toga, poto-poto wisuda pake syal Persija *penting, haha*,  seneng sebentar. Terus abis itu bingung: “gw mau ngapain lagi?” terlalu banyak rencana yang harus dipilih buat dilakuin.  Sampai akhirnya berdebat sama ayah tentang jalan mana yang harus diambil, dan perdebatan yang berakhir dengan kesepakatan damai. *tapi syarat dan ketentuan berlaku.

Iya, waktu betul-betul cepat berlalu. Baru tadi malam rasanya membuat perjanjian sahabat-sehidup-semati, eh pas bangun pagi baru sadar kalau ternyata gw sendiri, sahabat-sehidup-semati hanya baru mimpi. Satu-persatu orang pergi, ada yang baik-baik, ada juga yang ninggalin sesak, menikam dari belakang. Ya sudahlah, semua orang punya pilihan kan? 🙂

Lalu tiba-tiba di sela produksi film dapat kabar si A nikah, si B punya anak, si C kerja di anu, si D begitu. Cerita pengisi hari, datang dan pergi. Dan gw, tetap berdiri sendiri, sok idealis, nolak kerjaan dari beberapa perusahaan dan media bonafid, sok menentang arus, belaga anti mainstream. Cih.

Terus gw digaplok sama yang namanya waktu, tersadar banyak kesia-siaan yang udah dilakuin. Mencoba bangun dari kejatuhan yang beruntun, menyusun langkah dari energi yang tersisa, berusaha buat enggak menyesali hari-hari yang udah terlewati. Ambil hikmahnya aja, begitu gw menghibur diri sendiri.

Hemmm, ini waktu yang terlalu cepat berlalu, atau kita yang emang gak tau malu, cuma duduk termangu menunggu datang malaikat utusan Tuhan yang datang mengubah nasib? Memberikan kita keajaiban, mengabulkan segala impian, memudahkan segala urusan.

Woy, bangun..!

Tuhan gak ngutus malaikatnya gitu aja kali. Dia juga ngeliat dulu seberapa serius kita berusaha mengubah nasib. Dia ngeliat dulu, seberapa ngotot kita untuk mewujudkan berbagai mimpi kehidupan. Setelah Habis-habisan kita usaha, dilengkapi dengan tawakal, baru Tuhan bakal ngasih jalan.

Ya, waktu memang cepat sekali berlalu. Ia seperti peluru, melesat tak ragu. Kita udah siap belum bermain-main dengannya?

Yakin aja deh, secepat apapun waktu berlalu, masih lebih cepat lesatan doa yang selalu kita langitkan ke Tuhan. Sederas apapun waktu, masih lebih deras langkah kecil kaki kita yang terus berusaha menggapai janji kehidupan.  Teruslah bekerja, teruslah berkarya. Biar Tuhan yang menilai hasil akhirnya, kita hanya perlu percaya bahwa Jalan Masih Terbentang Luas Selagi Kita Masih Mau Berusaha, Bismillah aja!

Hidup harus teguh, jangan cengeng, malu sama umur 😉

Yogyakarta,04/09/2012.

*Random banget ya ni tulisan? hahaha, gak apa-apa lah. Cuma mau numpahin sebagian isi hati. Pemanasan juga, ini blog udah lama mati suri soalnya. Welcome to my kingdom, lads. oi..oi..

Gusuran Rel. Photo By Budi Santoso Bus
Gusuran Rel. Photo By Budi Santoso Bus

Mau Berkarya Sampai Kapan?

Dan sebab hidup itu pendek, karena seni itu panjang -Indie Art Wedding.

Senin lalu, saya dapet sms yang ngasih tau kalau Gilalova 5 udah terbit, sms itu datangnya dari Kang Hilal, doi lah punggawanya proyek Gilalova yang udah tersohor itu loh. *oke, sampai sini saya merasa bahwa paragraf ini sangat tidak efektif, boros kata, maafkan.

Jadi pemirsah, beberapa bulan lalu saya memang sempat mendapat tawaran dari Kang Hilal buat ikut gabung di proyek antologi cerpen yang dikasih judul “Gilalova”, proyek ini di gawangi sama mas Gol A Gong, selengkapnya tentang Gilalova cek disini aja.

Gilalova 5 ini buku antologi ke dua saya setelah Puzzle Reformasi yang terbit 4 tahun lalu. Iya saya tahu, itu udah lama banget :p

Cover Puzzle Reformasi
Cover Puzzle Reformasi

Saya cuma berharap, semoga Gilalova 5 ini bisa jadi penyemangat buat saya biar bisa nulis buku sendiri, gak keroyokan lagi. Pengen banget gitu punya buku hasil tulisan sendiri, biarpun itu cuma kumcer. Setidaknya hal itu buat membuktikan bahwa omongan saya selama ini tentang “seni dan karya” gak cuma omong kosong.

Beberapa orang teman emang pernah dan seringkali bilang sama saya buat nyeriusin nulis aja, tapi gak tau kenapa, saya kok ya lebih milih bikin film. Yah, namanya juga panggilan jiwa men 😉 Tapi ini bukan jadi soal sebetulnya, karena nulis dan bikin film kan saling berkaitan. Sebelum bikin film kita kan juga harus nulis, nulis ceritanya, nulis script nya, hehehe. Karenanya di film akhirnya saya menggila, dalam rentang tahun 2010-2012 saya menelurkan 8 film, jauh banget ya perbandingannya sama buku? heu.

Poster Film Cermin Dua Sisi
Poster Film Cermin Dua Sisi

Lads, hidup kita ini gak lama, paling hebat 60 tahunan, sisanya kalau ada lebih merupakan bonus dari Allah. Nah, persoalannya adalah, dengan hidup yang sebentar ini sayang banget kalau kita gak pernah ninggalin karya apapun,terlepas orang mau suka atau enggak sama hasil karya kita. Dan karya yang canggih itu bukan buku yang best  seller, bukan album musik yang mencapai jutaan copy, bukan film yang menang festival sana-sini dan jadi box office di seantero negeri. Karya yang canggih itu, adalah karya yang bermanfaat buat orang banyak, sekecil apapun. Karya yang supercanggih itu, karya yang bisa jadi tiket kita masuk Surga kelak. Amin.

Jadi, mau sampai kapan berkarya? sampai sebelah kaki menginjak surga, semoga 🙂

“Hai, tahukah kau kawan/Bahwa hidup itu susah/Mengapa tak mencoba, berkesenian saja?/ Karena seni membuat semua jadi indah/ Karena seni membuat semua jadi asyik/ Dan sebab hidup itu pendek, karena seni itu panjang//[Hidup Itu Pendek, Seni Itu Panjang. Indie Art Wedding]”

Cover Gilalova5
Cover Gilalova5

Ps. Kalau mau pesen Gilalova5 tinggal sms aja ke 085 777 897 317, harganya cuma 30ribu cing! *promosi terselubung*

Pangeran yang Tak Hendak Menjadi Raja

Semua orang bisa merenggut apapun yang saya punya, kecuali impian! -Manifesto 2012

Ini kisah tentang putera mahkota yang enggan menduduki tahta. Tapi kemudian ia memilih mengalah, menerima tongkat kepemimpinan dari sang raja demi kebaikan semesta. Mari doakan si putera mahkota yang sebentar lagi naik tahta, bisa ikhlas menerima pengangkatan yang tidak pernah di kehendakinya.

Dari awal sejak kesadarannya utuh menjadi seorang manusia, sang putera mahkota -lebih lanjut kita sebut dengan “pangeran”- tidak pernah menghendaki menjadi raja, darah seni lebih kuat mengalir dalam tubuhnya ketimbang naluri birokrasi. Ia lebih suka berlama-lama di depan panggung pertunjukan ketimbang termangu di hadapan para filsuf kebanggaan sang raja.

Pernah satu waktu dalam kehidupannya, ia di kirim oleh sang raja ke sebuah padepokan untuk memperdalam berbagai macam ilmu, tujuannya tidak lain adalah menyiapkan bekal agar kelak ketika waktunya tiba, ia siap meneruskan tahta kerajaan sang ayah. Akan tetapi ia berontak, akhirnya hanya tiga tahun ia bertahan di padepokan.

Tahun demi tahun kemudian di habiskannya untuk melepaskan diri dari bayang-bayang kebesaran sang ayah, maka di mulailah episode petualangannya, hidup berpindah dari satu kerajaan ke kerajaan lainnya.

Petualangan itu di mulai dari tanah kesultanan Banten di ujung barat pulau jawa, awalnya ia merasa bebas, tidak satupun orang yang kenal siapa dia. Akan tetapi rupanya kebesaran sang ayah yang merupakan raja di kerajaan kalapa (salah satu bagian negeri salakanagara) teramat agung, sehingga di kesultanan Banten pun perlahan identitasnya terkuak. Menyadari hal itu, ia kemudian berinisiatif hijrah ke sebuah negeri yang   sudah lama di dengarnya sebagai negeri yang nyaman, tempat penuntut ilmu dari berbagai penjuru berkumpul. Negeri yang jaraknya kurang lebih 400 kilometer jauhnya dari wilayah kekuasaan sang ayah.

Ngayogyakarto Hadiningrat, itulah nama negeri yang banyak orang sebut sebagai serambi madinah. sang pengeran merasa sangat nyaman hidup di negeri sultan hamengkubuwono ini, dia bebas mengembangkan diri, dia bebas menuntaskan dahaganya terhadap kesenian di sana. Hingga perlahan muncul lah satu persatu karya-karyanya yang di puja banyak khalayak, di bicarakan banyak orang. Di Ngayogyakarto Hadiningrat sang pangeran memantapkan dirinya berdiri sebagai seorang seniman media rekam, ia banyak berbicara lewat film, mengajak orang mengenal Tuhannya dengan cara yang tidak biasa.

Akan tetapi tetiba datanglah bertubi cobaan kepada sang pangeran! dia limbung kehilangan pegangan, sehingga semua yang dia miliki hilang, kecuali Tuhan!

Entah bagaimana caranya, berita “kejatuhan” pangeran sampai ke telinga Raja, maka di utuslah hulubalang untuk menjemput pangeran pulang, kembali ke kerajaan. Pangeran tidak punya pilihan lain kecuali ikut tunduk, karena jika melawan dan berontak, ia khawatir Tuhan tak berkenan.

Kepulangan pangeran di sambut gempita seluruh rakyat kerajaan kalapa!

Sang raja gembira alang kepalang, terlebih ketika pangeran menyatakan akan tunduk dan patuh mengikuti titahnya. Maka dengan serta merta di buatlah syukuran di seluruh negeri, seluruh cerdik cendikia, alim ulama, filsuf hingga rakyat jelata di undang. Pada syukuran itu sang raja mensabdakan bahwa sang pangeran lah yang pada waktunya akan meneruskan kepemimpinan kerajaan kalapa. Tertunduk hati pangeran mendengarnya.

Saat itu pangeran merasa hidupnya telah selesai, ia tidak lagi berkuasa atas hidupnya. Ia tak lebih dari robot mekanis yang hanya bisa berkata “YA” pada setiap perintah, tidak ada pertanyaan apalagi penolakan. Maka saat pangeran bersiap mengubur dalam-dalam impiannya memiliki sebuah padepokan seni media rekam, seorang kawan membisikinya sesuatu, “Save your dream, and make it happen, in the right time! Someday..” begitu bisik kawan tersebut.

Kini menurut berita yang saya terima, sang pangeran sedang bersiap berlayar menuju negeri caruban, sebuah negeri penghasil udang di pesisir utara jawa, ia di titahkan oleh sang raja belajar kepada seorang alim bijak yang tersohor ke seluruh jagad. Iya, sebagai salah satu ritual menuju pentahbisannya menjadi raja negeri kalapa. Sebelum tulisan ini di posting, sang pangeran berbisik kepada saya “Semua orang bisa merampas apapun yang saya punya, kecuali impian!” 

Kediri, 06/06/2012.Gambar

Kemapanan Itu Candu!

sumber gambar: http://avilgood.multiply.com

Ini postingan pertama kali sejak 14 Desember lalu, hehe. Gara-gara twitter nih, perasaan udah ngeblog, padahal belum *alibi*.

Banyak banget yang terjadi 3 bulan terakhir, mulai dari lulus sidang tanggal 11.11.11 lalu, terus wisuda, terus ini, dan terus itu. Entah kenapa selulusnya kuliah gw bener-bener ninggalin zona nyaman yang selama ini gw tempatin, gw “keliling” ke sana-sini, nyari tantangan, nyari pelajaran. Gw cuma berpikir, rasanya memang hidup manusia gak bisa datar begitu aja. Life is never flat..

Maka bermula lah petualangan gw, ninggalin banyak hal yang selama ini udah mapan dalam diri gw, mulai dari seperangkat nilai yang orang sebut dengan keyakinan, sampai dengan cara pandang. Gw mulai membuka mata lebar-lebar dan nemuin kenyataan bahwa dunia itu nggak hitam-putih. Banyak banget warnanya, dan kita bisa milih warna itu sesuka hati. Hidup bukan cuma perkara benar-salah, tapi juga “karena apa?”

Bertemu dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang, tingkah laku, dan problemnya bikin gw semakin yakin bahwa hidup gak pernah bisa kita selesaikan sendiri. Saling tolong menolong menjadi kunci harmonisasi kehidupan.

Bersentuhan dengan berbagai ideologi bikin gw yakin, bahwa manusia punya akal dan pikiran untuk menginterpretasi kenyataan. Yang di perlukan adalah saling memahami, meluruskan tanpa menyalahkan.

Dan cinta juga jadi salah satu warna yang menarik itu bukan?

Sebagai “manusia bebas”,  gw meyakini bahwa tidak ada ketundukan yang mutlak selain kepada Allah dan RasulNya. Tapi ternyata idealisme itu memang baru bisa terbukti saat terbentur dengan kenyataan, masih bisa gak idealisme lu itu bertahan. Kenyataan membuat keyakinan kita dewasa.

Ah, ini gw sebenernya mau nulis apaan sih? hehehe.

Ya intinya sih gw cuma mau cerita banyak banget hal yang gw lakuin selama 3 bulan terakhir ini, dan semua itu jauh dari zona nyaman yang selama ini gw ngerasa udah mapan. Maka akhirnya gw setuju sama orang yang bilang “kemapanan itu candu” .  :cheers:

Yk, 23.03.12

BangDudy

Karena Cinta Tak Pernah Salah Alamat

Secara resmi, tahun 2001 menjadi tahun awal kami berkenalan, saat itu persija sedang jaya-jayanya. Semua orang tahu bahwa Indonesia punya macan yang sedang lapar kemenangan, macan itu bernama Persija. Saat itu usia saya memang masih sangat muda, Nci (panggilan untuk adiknya ibu bagi orang Betawi Condet) saya lah yang bertanggung jawab menjerumuskan, dan saya nurut begitu saja ketia dia ngajak nonton final liga Indonesia tahun 2001 di senayan, PERSIJA VS PSM waktu itu, dengan hasil akhir 3-2 yang menahbiskan Persija menjadi juara liga. Waktu itu saya belum paham apa-apa, semua berjalan secara alamiah begitu. Hanya saja saya memang merasakan satu perasaan yang luar biasa ketika seluruh bangku di senayan tiba-tiba berwana oren, penuh terisi, membuat bulu kuduk saya merinding, salut. Maka sejak itu lah, saya menggabungkan diri dalam barisan The Jakmania (sebutan untuk supporter Persija)

Selanjutnya seperti perjalan kisah cinta sepasang kekasih, cerita cinta saya dan Persija naik turun, puncak pergulatannya adalah ketika saya masuk ke ROHIS SMA, saat itu banyak senior yang “mengingatkan” saya untuk jangan terlalu berlebihan. Kakak-kakak tercinta itu sering bilang, jangan sampai sepakbola jadi agama. Awalnya saya berontak, tapi nyatanya saya takluk juga, akhirnya 2 tahun saya ambil cuti nonton bola.

Namanya orang udah cinta, jauh dan berpisah dengan sesuatu yang di cintainya itu siksaan yang luar biasa! Saya betul-betul gelisah, satu pertanyaan yang selalu berputar di kepala adalah: “Apa iya, nonton bola itu dilarang agama?” Akhirnya pertanyaan saya itu terjawab, oleh seorang ustadz yang memberikan jawaban yang melegakan, beliau bilang: “Bola itu juga bisa dipake alat untuk menyebarkan kebaikan!”

Yess, saya dapat pointnya!

Lalu cinta lama yang sempat tertahan kembali bersemi, jersey dan kawan-kawannya kembali saya sampirkan. I’m baaack! Dari Jogja saya kembali mendukung Persija. Ah, rasanya sungguh tak bisa tergambarkan! kembali merasakan atmosfer stadion itu jadi terapi jiwa tersendiri.

Dari persija saya belajar betul arti cinta dan kesetiaan yang sesungguhnya, cinta itu memang seringkali menuntut pengorbanan dan ketulusan. saya -dan jakmania lain tentunya- sudah banyak berkorban untuk persija, kami selalu berusaha hadir tiap laga persija, baik kandang maupun tandang, dan itu dengan uang sendiri. Kami bersabar dengan terus setia mendukung persija habis-habisan, walaupun sampai hari ini kami masih harus meneruskan puasa trophy. Bagi kami, cinta dan kesetiaan kepada Persija lebih dari hanya sekadar trophy. Karena trophy dengan mudah bisa di beli, tapi cinta dan loyalitas?! itu yang tidak pernah dapat tergantikan oleh apapun.

Karenanya tidak heran jika kami marah ketika ada pihak yang mengusik persija. Mereka tiba-tiba datang, lalu mengaku-aku sebagai pemilik persija, padahal kami tahu betul siapa sesungguhnya yang sah memiliki Persija. Secara sederhana, Persija itu yang ada Bambang Pamungkasnya, Persija itu yang Supporternya Jakmania. Maka untuk para baron perampas kami suarakan: KAMI PERSIJA, KALIAN BUKAN!

Ulang tahun ke 83 Persija ini harusnya kami rayakan dalam suasana yang mengharu-biru, tapi kenyataan berkehendak lain. Para bigot PSSI terus saya merongrong PERSIJA kami, sehingga kami memutuskan untuk boikot pertandingan, ini bentuk protes kami terhadap kepandiran PSSI.

Tapi kami tahu, warga Jakarta dan RAKYAT INDONESIA pecinta bola tidak buta, mereka tahu mana Persija yang sesunggunya. Karena Cinta tak akan pernah salah alamat.

Selamat ulang Tahun PERSIJA. Kau mengajarkan kami arti cinta dan kesetiaan yang sebenarnya, mencintai tulus tanpa mengharap apapun, setia walaupun harus lama puasa angkat trophy juara. Satu JAKARTA, satu PERSIJA. Karena hanya ada satu PERSIJA untuk Satu JAKARTA!

 

Ditulis oleh seorang supporter biasa saja, yang mencintai PERSIJA dengan luar biasa;

Bang Dudy

*oren sejati, tak kan berhenti, persija sampai mati*

Cepak Somplak!

Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan menuju Jogja lantaran macet yang luar biasa di jalan sepanjang semarang-ambarawa, sampai lah juga saya di kota tercinta, Jogja. Tapi sayang kebahagiaan itu tercoreng karena ulah beberapa oknum siswa Akademi Militer (Akmil) yang arogan dan keterlaluan.

Begini cerita lengkapnya..

Masuk ke Jogja saya agak terburu-buru, lantaran jam 8 malam tadi sebetulnya saya sudah ditunggu kru dan pemain Cermin Dua Sisi The Movie untuk brifieng persiapan syuting besok. Alhasil saya memilih jalan terdekat menuju kampus FE UII tempat brifing dilaksanakan dan kemungkinan besar bebas hambatan, karena saya tahu betul, jalan-jalan dalam kota kalau malam minggu begini pasti padat.

Alhasil saya dan 2 orang teman memilih lewat ringroad utara, perjalanan lancar dan baik-baik saja, sampai kemudian kami melewati perempatan kentungan. Kira-kira 200 meter dari lampu merah, jalan jadi agak tersendat.

Selidik punya selidik rupanya ada mobil yang sedang menurunkan muatan di depan tempat karaoke Happy Puppy, karena agak terburu-buru, saya menekan klakson sekali, maksudnya adalah meminta untuk si empunya mobil bergegas, karena ringroad diciptakan sebagai jalan bebas hambatan, bukan tempat turun naik penumpang.

Sepertinya si pemilik mobil ini nggak terima, dia turun lalu menggebrak mobil kami, dan sepertinya doi ini siswa di akmil, ini terbukti dari seragam yang di kenakan. Lantaran terlalu capek, maka emosi saya pun terpancing, Adi yang lagi nyetir mobil saya suruh matiin mesin, saya turun dan nyemperin mas calon tentara itu.

Bukan perlakuan baik dan permintaan maaf yang saya terima, setelah sebentar beradu mulut, justru malah kaos saya di tariknya, tak terima saya pun kembali menarik kerah baju si mas arogan itu. Untung adegan 21+ itu tidak berlangsung lama karena keburu dipisahin sama teman saya, Adi dan khairul.

Maka saya kembali ke mobil dengan bersungut-sungut sembari beristighfar agar emosi segera reda.

Akan tetapi mas seragam arogan ini sepertinya belum puas, sehingga mobil yang dikendarainya mengejar mobil kami dan terus memepet. Otomatis saya buka kaca jendela, saya ingin lihat apa maunya.

Dia terus menggerung-gerung gas mobilnya, sembari memaki saya “Apa kau lihat-lihat hah?! tak tahu kau aku ini siapa?” begitu katanya diulang-ulang sambil teriak-teriak.

Saya yang udah terlanjur capek dan keburu waktu males nanggepin, cuma terus mantengin wajah si mas arogan ini aja, kaca jendela gak sedikitpun saya naik-kan. Akan tetapi kembali ada kalimat yang membuat darah saya naek lagi, kalimat itu diteriakkan oleh teman si mas arogan ini sesama siswa Akmil juga, katanya ” Matamu itu djuanc***k!,  jangan lihat-lihat!”

Saya hampir membalas umpatannya, sebelum akhirnya Adi yang ada di sebelah ngingetin, bahwa percuma ngeladenin orang cepak yang otaknya somplak.

Akhirnya saya minta Adi buat menepi lagi sembari memberikan kode ke mereka buat berhenti juga. Lalu setelah mereka keluar, saya samperin dan tanpa banyak kata, langsung saya bilang: “Kalau mau lanjut urusannya jangan di sini, saya lagi ngejar waktu, silahkan besok atau senin datang ke kantor, saya tunggu” saya sembari menyerahkan kartu nama saya semasa jadi jurnalis di sebuah media cetak.

Tanpa diduga, mereka langsung meminta maaf dan mengaku salah. Lalu terburu-buru pergi, takut plat nomor mobilnya saya kenali. Padahal saya sudah menghafal plat nomornya sejak pertama kaos saya ditariknya.

Ini bukan pertama kalinya saya berurusan dengan arogansi oknum siswa Akmil, beberapa selalu sama, bersikap sok kuasa, sok digdaya. Saya nggak habis pikir, apa mereka gak di kasih pendidikan budi pekerti? Kalau masih jadi siswa saja sudah bersikap arogan, gimana nanti pas lulus dan dapat pangkat? Pantas saja makin banyak rakyat dibuatnya susah.

*Yang merasa tidak berkenan dengan tulisan ini, silakan kontak saya melalui landofdudy@yahoo.com atau langsung telpon ke 0274-9215370*

Jogja, 29/10/2011

dhieaje

Yakin Pesen Macchiato, Mas?

Semalam saya melanjutkan ekspedisi kopi di Semarang, setelah mendatangi 2 kedai kopi di hari sebelumnya, yakni Tingwe Coffee and Shisa di kawasan Indrapasta dan Satu kedai kopi di daerah Kedung Mundu yang saya lupa namanya.

Nah semalam itu saya coba menyusuri daerah UNDIP Tembalang, sepanjang dari Patung Kuda sampai Pom Bensin saya lihat memang banyak bertebaran coffee shop, ini yang membuat saya agak kesulitan menentukan pilihan, akhirnya terjadilah adegan puter-puter mobil lebih dari tiga kali ^^’

Pilihan jatuh ke sebuah coffee shop yang terlihat keren, namanya Coffee Time, tempatnya terlihat cozy dan asik kayanya.

Semasuknya di sana, saya yang di temani Adhi dan Delta coba pilih-pilih menu yang ada di buku. Kejanggalan mulai terjadi disini..

Sesuatu yang aneh menurut saya, sebuah coffee shop memiliki daftar menu makanan yang lebih banyak ketimbang menu kopinya, bahkan pada daftar menu, saya sama sekali tidak menemukan deretan nama kopi original.

Delta sempat ngajak pindah tempat, tapi saya justru penasaran, jangan-jangan menu yang sedikit itu semuanya spesial, melihat harganya yang juga spesial *-*

Maka keputusan jatuh untuk memesan Caramel Macchiato, Delta pesen Es Peppermint Coffee dan Adhi mesen Es Pepermint Capuccino.

Dan ah, saya mendapat kejutan saat si mbak barista nyamperin buat ngambil pesenan kami. Setelah mengulangi pesanan, tanpa dinyana-nyana, si mbak ini nanya:

“Yakin mas, pesen Caramel Macchiato?”

Wadeziggggghh, oh mai gadd, tolong sadarkan saya! -lebay-

Rasanya saat itu juga pengen nunjukin ke mbaknya koffiefreak.wordpress.com yang banyak merekam tulisan-tulisan saya tentang kopi, khususnya macchiato. hahaha

Tapi saya mencoba tersenyum semanis mungkin, lalu menjawab:

“Yakin dong mba..”

Akhirnya setelah pesanan kami datang, semua kekhawatiran itu terbukti, dan jreng..jreng,,,

Ice Pepermint Coffeenya saya yakin betul terbuat dari kopi kapal a*i yang dicampur mint cair.

Ice Pepermint Capuccinonya cuman menang busa aja, dan…

Caramel Macchiato pesenan saya terasa mirip banget sama Nescaf* Classic yang ada di lemari dapur, cuma ditambahin cream caramel aja kali yaa..

Tapi karena harganya terasa spesial, akhirnya kami mencoba menikmati dan menganggap pesenan itu spesial juga dong, sayang lah kalau minumnya sambil manyun :p

Untungnya semua itu cukup terobati dengan datangnya kentang goreng yang lumayan enak, dan seperti dibilang tadi, kami menikmati saja pesanan-pesanan itu, buktinya semua isi di gelas tandas, termasuk Nescaf* Caramel upss, maksudnya Caramel Macchiato, hahaha.

Karena paginya harus kerja lagi, jam 00.30 am kami putuskan pulang dan kembali ke kandang, menyisakan keharuan yang mendalam -halah-

Saat membayar bill, Delta iseng nyeletuk ke kasir:

“Di sini yang spesial apa to’ mba?”

Kata mbak kasir:

“Kopinya, mbak”

Terus kata Delta lagi:

“Oh, kopi yang rasanya abstrak ya, hehe”

Ah, dasar Delta dudul, kan saya jadi gak enak bodi, tapi untungnya saya gak ada di kasir itu (lho?).

Ehemm, kesimpulannya di hari ketiga ekspedisi kopi Semarang adalah: Banyak kedai kopi yang emang gak serius sama kopi-nya, mereka lebih fokus menghadirkan Wi-Fi , ketimbang Kopi. CMIIW.

 

Semarang, 27/10/2011

Dhieaje

Hati, Mari Tenang Sedikit

Hati, mari tenang sedikit

Kita bicara pelan-pelan saja, kamu maunya apa

Tak perlu melonjak-lonjak begini.

 

Hati mari tenang sedikit

Kita bicara baik-baik ya

Aku pun tak akan menyalahkan sesiapa

 

Kamu mau kan memberitahu ku, apa ingin mu

karena Tuhan ku, bicara kepadaku lewat kamu

Kalau kamu terus-terusan bergejolak kaya begini

Aku jadi tambah bingung sendiri.

 

Aku yakin kamu pasti mau tenang, sebentar saja

biar aku bisa berpikir, tentram, mencari jalan keluar.

 

Yk, 17/10/2011

dhieaje